Dalam laporan terbaru dari studi tahun 2016, menurut WHO setiap tahunnya ada 322 ribu orang tewas di seluruh dunia akibat tenggelam. WHO menyatakan penting untuk membuat kebijakan serius mengatasi kematian akibat kejadian tenggelam.
Kejadian tenggelam menjadi isu global berubah menjadi sangat drastis dalam tahun tersebut. Sehingga beberapa negara maju segera melakukan kebijakan tegas secara holistik. Misalnya Norwegia mewajibkan pelajaran renang pada kurikulum sekolah sejak 2015. Fasilitas seperti kolam renang, pelatih dan ujian disediakan negara serta masuk mata pelajaran wajib.
Sedangkan di negara berkembang, mayoritas fokus pada strategi komunitas. Misalnya Bangladesh, dibentuk semacam LSM yang menginisiasi berbagai program latihan renang termasuk SwimSafe, latihan renang khusus anak-anak. Supaya harganya terjangkau di tingkat ekonomi pedesaan, pelaksanaanya di empang atau kolam warga.
Tenggelam menjadi sesuatu yang menghantui siapa saja ketika bermain di perairan yang dalam. Baik usia anak maupun dewasa yang tidak bisa berenang. Risiko tersebut hanya bisa dicegah secara internal. Maksudnya alih-alih tak pernah bermain air sama sekali seumur hidup, bukankah lebih baik membekali diri anak untuk jago berenang? Membekali anak jago berenang bisa dilakukan juga oleh orang tua. Karena yang beragama muslim pun percaya bahwa, mengajarkan anak berenang sesuatu yang dianjurkan.
“Jika tenggelam seperti penyakit mematikan. Bukankah les berenang adalah vaksin ampuh untuk mencegahnya”