Jika Renang Itu Sunnah, Mungkinkah Coach Adalah Jalan Tengah yang Disiapkan Tuhan?

soloswim

Soloswim, KartasuraAyah Bunda pernah berpikir begini, “Ngapain les renang pake pelatih? Mending dilatih sendiri. Gratis, nggak perlu keluar biaya.”

Modalnya cuma tiket kolam renang Rp12.000, semangat ’45, plus bekal dari rumah. Nasi oseng sisa sarapan, perkedel, telur dadar, dan tumbler isi ulang biar lebih hemat. Frugal living banget bukan?

Dan jujur kami salut. Itu tanda cinta yang nyata. Ayah Bunda rela meluangkan waktu, tenaga, bahkan jadi “coach dadakan” demi si kecil. Luar biasa totalitasnya.

Tapi, kenyataannya sering berbeda. Anak yang diajak latihan malah main perosotan, main bola, atau sekadar lompat-lompat di air gajelas. Sementara Ayah Bunda sudah pasang target: hari ini harus bisa!
Hasilnya? Jalur tabrakan. Anak maunya fun, Ayah Bunda maunya seperti atlet beneran.

Drama pun dimulai…

Biasanya ujung-ujungnya begini:
Ayah Bunda mulai emosi, anak seolah makin bandel. Lalu akhirnya menyerah, beres-beres barang, makan bekal, dan pulang dengan wajah lelah.

Padahal, sejak zaman Nabi ada nasihat bijak:

“Ajarilah anakmu berenang, memanah, dan berkuda.”

Betul, orang tua memang punya hak mendidik langsung. Tapi, apa jadinya kalau hak itu justru berubah jadi konflik?

Di sinilah coach renang hadir.
Bukan untuk mengambil peran Ayah Bunda, melainkan untuk menyelamatkan hubungan Ayah Bunda dengan anak. Karena seringkali, anak lebih serius dan disiplin ketika diarahkan orang lain. Ada jarak, ada wibawa, ada cara komunikasi sudut pandang yang berbeda.

Ditambah jam terbang, latar belakang akademik jelas, seorang coach tahu kapan harus tegas, kapan harus memberi ruang, dan kapan harus memuji. Ajaibnya, mayoritas anak justru patuh kepada coach. Itu fakta yang sering membuat orang tua tersenyum sekaligus heran.

Dan dari situlah lahir profesi ini: coach renang. Ada nilai, ada value, ada pengalaman, ada keahlian, dan tentu ada harga sepaket dengan jam terbang.

Jika dibandingkan, Ayah Bunda yang nol pengalaman bisa saja melatih sendiri – tapi risikonya adalah konflik lalu hasilnya tidak signifikan. Sedangkan bersama coach, anak-anak terbukti lebih cepat menguasai, bahkan sampai benar-benar jago ngambang di kolam dalam 2-5 meter tanpa pelampung.

Apakah berarti selalu harus bayar?

Tentu pilihan ada di tangan Ayah Bunda. Kalau ingin hemat, silakan ajak anak berenang weekend besok. Modal Rp12.000, ajari sendiri. Tapi jangan lupa pesan simbah dulu:

“Jer Basuki Mawa Beya.”

Yang artinya: Setiap keberhasilan pasti membutuhkan biaya. Jadi, Ayah Bunda memilih untuk ngajarin renang si kecil sendiri gratis dengan berbalut konflik. Atau cari coach renang berbayar yang targetnya jelas?

Share ke orang terdekat

Related Post

No comments

Leave a Comment

Home Blog Ebook Contact