Bayangkan ini: anak Ayah Bunda sudah mahir berenang, bahkan sudah bisa menyeberangi kolam sendiri tanpa pelampung. Tapi suatu hari, saat sedang berenang seperti biasa, tiba-tiba dia tenggelam.
Ini bukan soal skill renang yang kurang. Ada kondisi medis tersembunyi yang bisa bikin anak tenggelam, bahkan ketika mereka sebenarnya sudah jago berenang.
Sebagai Tim Pelatih Renang SOLOSWIM yang sudah melatih ribuan anak selama lebih dari 15 tahun, kami sering melihat orang tua kaget saat mendengar fakta ini. Inilah kenapa kami sangat memahami betapa pentingnya screening kesehatan sebelum les renang Solo karena nyawa anak taruhannya.
Menurut data dari Alomedika, tenggelam dapat terjadi akibat sekunder dari penyakit lain, seperti epilepsi, aritmia jantung, hipoglikemia, sinkop (pingsan mendadak), hingga infark miokard yang menyebabkan penurunan kesadaran tiba-tiba saat berada di air.
Makanya, di artikel ini kami akan buka-bukaan tentang 10 penyebab medis yang sering nggak disadari, tapi sangat berbahaya buat anak saat berenang. Yuk, kita bahas satu per satu!
1. Epilepsi: Kejang di Air Bisa Fatal
Ini yang paling sering bikin kami deg-degan saat pertama kali terima murid baru. Epilepsi atau ayan adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kejang berulang tanpa pemicu jelas akibat gangguan pada sistem saraf pusat.
Menurut Hello Sehat, kejang saat berenang bisa menyebabkan tenggelam. Dan ini bukan main-main, karena saat kejang terjadi di air, anak akan langsung kehilangan kontrol tubuh dan tidak bisa bernapas.
Dr. Ririe dari IDAI menjelaskan dalam media briefing Republika (Mei 2023), epilepsi termasuk faktor risiko yang membuat anak bisa tenggelam. Bahkan pada anak yang sudah rutin minum obat antikejang sekalipun, risiko tetap ada kalau kondisinya tidak terkontrol dengan baik.
Yang bikin tricky: nggak semua kejang epilepsi itu terlihat dramatis dengan tubuh kaku dan kelojotan. Ada juga tipe kejang absence yang cuma beberapa detik, anak terlihat melamun atau tatapan kosong. Kalau ini terjadi saat berenang di kolam dalam, bahaya banget.
Di kursus renang Solo SOLOSWIM, kami WAJIB minta data kesehatan lengkap anak di awal. Kalau ada riwayat epilepsi, kami akan koordinasi dengan orang tua untuk extra supervision dan memastikan anak nggak pernah latihan sendirian.
2. Aritmia dan Gangguan Jantung Bawaan
Ini yang paling silent killer. Banyak orang tua nggak tahu bahwa anaknya punya masalah jantung sampai terjadi sesuatu yang fatal.
Aritmia adalah gangguan irama jantung yang bisa membuat jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Menurut National Library of Medicine yang dikutip Heartology.id, fibrilasi ventrikel menyebabkan sekitar 1 dari 3 pasien henti jantung mendadak tidak berhasil diselamatkan karena keterlambatan pertolongan pertama.
Hello Sehat mencatat bahwa penyakit jantung bawaan pada anak juga meningkatkan risiko henti jantung mendadak. Bahkan pada anak yang sudah menjalani operasi korektif sekalipun, risiko tetap ada.
Ada sindrom genetik seperti Long QT Syndrome yang bikin anak rentan mengalami aritmia. Gejala awalnya? Sering merasa pusing, jantung berdebar, pingsan mendadak terutama saat aktivitas fisik seperti berenang.
Republika mencatat bahwa disritmia jantung (gangguan irama jantung) adalah salah satu faktor risiko medis yang membuat anak bisa tenggelam tiba-tiba meski sudah bisa berenang.
Makanya di SOLOSWIM, kalau anak punya riwayat sering pingsan, mudah lelah, atau keluarga ada yang punya penyakit jantung, kami sarankan medical check-up dulu sebelum mulai latihan intensif. Karena pelatih renang anak Solo kami punya latar belakang dari Pendidikan Kepelatihan Olahraga spesifikasi khusus olahraga renang, jadi kami paham betul pentingnya deteksi dini.
3. Hipoglikemia: Gula Darah Rendah yang Berbahaya
Pernah nggak Ayah Bunda lihat anak tiba-tiba lemas, pucat, keringat dingin saat berenang? Itu bisa jadi tanda hipoglikemia atau gula darah rendah.
Menurut Halodoc, hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar gula (glukosa) darah lebih rendah dari kisaran standar, yang menyebabkan tubuh kekurangan energi untuk beraktivitas. Dalam kondisi parah, bisa menyebabkan kehilangan kesadaran.
Alomedika mencatat hipoglikemia sebagai salah satu komorbid yang berhubungan dengan etiologi tenggelam. Dan ini nggak cuma buat anak yang punya diabetes lho. Anak sehat pun bisa mengalami hipoglikemia kalau:
- Berenang dengan perut kosong atau belum makan
- Latihan terlalu lama dan intensif
- Cuaca panas yang bikin dehidrasi
Republika menyebutkan hipoglikemia sebagai faktor risiko yang membuat anak bisa tenggelam. Gejala awalnya: pusing, lemas, gemetar, berkeringat dingin, sampai bingung atau linglung. Kalau nggak segera ditangani, anak bisa pingsan di air.
Di SOLOSWIM, kami selalu ingatkan orang tua: pastikan anak sarapan atau makan ringan minimal 1-2 jam sebelum latihan. Dan sediakan camilan sehat untuk break time. Ini bukan sekadar protokol, tapi bagian dari water safety yang HARUS dipatuhi.

4. Asma: Serangan di Air Sangat Berbahaya
Asma itu kan gangguan pernapasan. Nah, bayangkan kalau serangan asma terjadi pas anak lagi di tengah kolam dalam. Mengerikan, kan?
Serangan asma bisa dipicu oleh:
- Air dingin yang bikin saluran napas menyempit
- Klorin di kolam renang yang irit sirkulasi
- Kelelahan saat berenang terlalu lama
- Udara lembap di area kolam tertutup
Saat serangan asma terjadi, anak akan kesulitan bernapas, dada terasa sesak, dan bisa panik. Di air, panik = tenggelam.
Yang sering kita temui di les renang Solo SOLOSWIM: orang tua nggak kasih tahu kalau anaknya punya asma karena takut nggak diterima latihan. Padahal ini justru berbahaya! Kami butuh tahu supaya bisa antisipasi dan kasih perhatian ekstra.
Anak dengan asma tetap bisa berenang kok, malah renang itu baik untuk melatih kapasitas paru-paru. Tapi harus dengan pengawasan ketat dan inhaler harus selalu standby di pinggir kolam.
5. Hipotermia: Tubuh Kedinginan Sampai Lumpuh
Republikа mencatat hipotermia (suhu tubuh kurang dari 35°C) sebagai faktor risiko tenggelam. Mungkin Ayah Bunda bertanya: kok bisa kedinginan di Indonesia yang tropis?
Ternyata bisa. Apalagi kalau:
- Berenang terlalu lama (lebih dari 2 jam)
- Berenang di kolam outdoor saat musim hujan
- Anak terlalu kurus dengan lemak tubuh minim
- Air kolam terlalu dingin tanpa sistem pemanas
Gejala hipotermia: anak menggigil hebat, bibir dan kuku membiru, gerakan melambat, bingung, bahkan bisa hilang kesadaran. Alodokter menjelaskan hipotermia atau kram otot bisa terjadi terutama di air dingin dan ini membuat seseorang tidak mampu berenang dengan baik.
Di SOLOSWIM, kami melatih anak di kolam renang milik pasukan elit nomor satu se-Indonesia yaitu Kopassus Kartasura dengan fasilitas kolam yang kedalaman beragam mulai 0,5 sampai 2 hingga 5 meter. Kami selalu monitor suhu air dan durasi latihan. Kalau anak mulai kedinginan, langsung istirahat, nggak ada kompromi.
6. Dehidrasi Saat Berenang? Kok Bisa?
Ini ironis banget. Anak berenang, dikelilingi air tapi justru dehidrasi. Tapi ini nyata terjadi lho!
Saat berenang, tubuh tetap mengeluarkan keringat meski kita nggak sadar karena basah. Plus, anak sering lupa minum karena asyik main air. Dehidrasi bisa bikin:
- Kram otot tiba-tiba
- Pusing dan lemas
- Denyut jantung tidak teratur
- Pingsan mendadak
Kombinasi dehidrasi dengan aktivitas fisik berat seperti berenang bisa jadi cocktail berbahaya. Makanya kami di SOLOSWIM selalu sediakan air minum dan wajibkan anak minum setiap break.

7. Infeksi Telinga yang Bikin Kehilangan Keseimbangan
Infeksi telinga tengah (otitis media) bisa bikin anak kehilangan keseimbangan dan orientasi di air. Mereka jadi nggak bisa bedakan mana atas mana bawah, terutama kalau berenang di kolam dalam.
Gejala: telinga sakit, keluar cairan, pendengaran berkurang, pusing berputar (vertigo). Kalau ini terjadi saat berenang, anak bisa panik dan tenggelam meski skill renangnya sudah bagus.
Orang tua sering anggap sepele infeksi telinga. Padahal ini serius kalau anak tetap dipaksa berenang dalam kondisi sakit.
8. Alergi yang Memicu Anafilaksis
Reaksi alergi parah (anafilaksis) bisa terjadi karena:
- Alergi klorin atau bahan kimia kolam
- Alergi sinar matahari (solar urticaria)
- Alergi dingin (cold urticaria) saat kena air dingin
- Alergi makanan yang dimakan sebelum berenang
Gejala anafilaksis: gatal-gatal hebat, bengkak di wajah dan tenggorokan, sesak napas, tekanan darah drop, sampai pingsan. Di air, ini bisa fatal.
Kasus kayak gini jarang, tapi tetap harus diwaspadai. Makanya screening kesehatan di awal itu penting banget.
9. Migrain dengan Aura yang Bikin Disorientasi
Migrain bukan sekadar sakit kepala biasa. Ada tipe migrain dengan aura yang bisa bikin anak:
- Penglihatan buram atau melihat kilatan cahaya
- Mati rasa di tangan atau kaki
- Kesulitan bicara
- Pusing berputar
Bayangkan kalau ini terjadi pas anak lagi berenang di kolam dalam. Mereka bisa kehilangan orientasi dan nggak bisa menyelamatkan diri.
Pemicu migrain saat berenang: silau dari pantulan air, suara bising, kelelahan, dehidrasi, atau perubahan suhu mendadak.
10. Gangguan Panik dan Kecemasan Akut
Ini aspek psikologis tapi efeknya medis. Panic attack atau serangan panik bisa terjadi tiba-tiba, bahkan pada anak yang biasanya percaya diri berenang.
Gejala panic attack:
- Jantung berdebar kencang
- Napas tersengal-sengal
- Dada sesak seperti mau mati
- Merasa kehilangan kontrol
- Takut mati yang ekstrem
Saat panic attack terjadi di air, semua skill renang anak bisa hilang seketika. Mereka lupa cara bernapas, lupa cara mengapung, dan hanya bisa meronta-ronta sampai tenggelam.
Alomedika mencatat gangguan panik sebagai salah satu kondisi psikiatri yang berhubungan dengan etiologi tenggelam.
Di program renang anak Solo SOLOSWIM, kami nggak cuma ngajarin teknik renang. Kami juga latih mental anak untuk tenang di air, mengelola rasa takut, dan breathing control. Karena pelatih kami dari Pendidikan Kepelatihan Olahraga spesifikasi khusus olahraga renang, mereka paham psikologi anak dan cara bikin anak merasa aman.

Jadi, Apa yang Harus Ayah Bunda Lakukan?
Setelah baca semua ini, mungkin Ayah Bunda jadi tambah khawatir. Tapi tunggu dulu, ini bukan untuk bikin takut, melainkan untuk bikin aware dan siap.
Inilah checklist yang WAJIB dilakukan:
Sebelum mulai les renang:
- Ceritakan dan konsultasikan pada coach sebelum anak mulai les renang renang untuk menentukan dosis latihan anak
- Kasih tahu pelatih tentang SEMUA kondisi medis anak, sekecil apapun
- Jangan sembunyikan riwayat penyakit karena takut nggak diterima latihan
Saat latihan:
- Pastikan anak makan 1-2 jam sebelum berenang
- Sediakan air minum yang cukup
- Jangan biarkan anak berenang terlalu lama (maksimal 1-1,5 jam untuk anak)
- Perhatikan tanda-tanda kelelahan atau perubahan perilaku anak
Pilih tempat les yang tepat: Jangan mau buah hati Ayah Bunda jadi kelinci percobaan metode yang asal-asalan. Setelah bayar, targetnya anak bisa mandiri berenang di kolam dalam, hasilnya malah stagnan dimanja pelampung tak berkesudahan.
SOLOSWIM spesialis untuk anak-anak usia 7-12 tahun dengan garansi 100% tanpa pelampung. Kami menggunakan metode khusus rahasia yang sudah terbukti aman dan efektif dan hanya kami satu-satunya tempat les renang di Solo yang menerapkan metode ini!
Walaupun level pemula, semua anak-anak SOLOSWIM tetap punya proses dan rutin latihan yang terukur. Buah hati Ayah Bunda punya arah yang jelas dengan hasil signifikan, punya visi luar biasa dalam waktu 6 bulan ke depan dengan cara langkah pertama yang hebat: gabung sekarang juga.
Kami latih anak di kolam renang milik pasukan elit nomor satu di Indonesia dengan supervisi ketat dari pelatih bersertifikat. Karena kami tahu: keselamatan anak adalah prioritas nomor satu, bukan sekadar bikin anak bisa berenang.
Cerdas Memilih, Bijak Melindungi
Berenang itu skill survival yang penting banget untuk anak. Tapi bukan berarti tanpa risiko, terutama kalau ada kondisi medis yang tidak terdeteksi.
Tugas kita sebagai orang tua dan pelatih adalah memastikan setiap anak mendapat perlindungan maksimal, bukan cuma diajari teknik renang, tapi juga dipahami kondisi kesehatannya secara menyeluruh.
Apakah Ayah Bunda sudah yakin bahwa anak sehat 100% dan siap untuk latihan renang? Atau masih ada keraguan yang perlu dikonsultasikan dengan dokter dulu?
Ingat, lebih baik terlambat sebentar untuk check-up daripada menyesal selamanya.






Leave a Comment