Stop Bandingkan Renang Anak, Begini Jadinya

soloswim

Membandingkan anak dengan anak lain adalah sebuah paradoks. Bisa jadi dampak baik, misalnya membandingkan dalam hal level rajin ibadah kepada Tuhan. Bisa jadi negatif, misalnya terlalu sering membandingkan proses les renang anak dengan anak lain. Hal tersebut bisa mengakibatkan :

 

  1. Makin tidak percaya diri

Proses anak selama les renang adalah membentuk karakter positif, termasuk percaya diri. Hal tersebut bertolak belakang ketika orang tua terlalu sering membandingkan progress anaknya dengan yang lain. Anak menjadi kendor semangat juangnya, jadi mletre gairahnya. Karena merasa apa yang sudah dia usahakan dengan maksimal tidak mendapat apresiasi positif.

  1. Tidak nyaman di kolam renang

Jika setiap prestasi kecilnya dianggap remeh gara-gara dibandingkan dengan anak lain. Anak berisiko tidak enjoy dan cemas dalam proses bermain dan belajar di kolam renang. Perasaan tidak nyaman anak seolah menjadikan kegiatan yang sia-sia.

  1. Jauh dari orang tua

Konektifitas anak dan orang tua adalah keniscayaan. Orang tua adalah tempat sandaran perasaan bagi anak. Ketika orang tua selalu membandingkannya, anak seolah tidak punya sandaran lagi dan merasa ada jarak.

  1. Penerus yang serupa

Ketika anak sudah dewasa dan berkeluarga. Kebiasaan membandingkan yang berlebihan, berpotensi menjadi karakternya. Menjadi estafet kebenaran yang harus dibudidayakan.

 

Berhentilah membandingkan progres renang anak. Bandingkan progres anak dengan dirinya sendiri. Setiap perkembangan apapun berilah acungan jempol padanya. Bangulah motivasinya, karena hanya Ayah Bunda lah tempat sandarannya.

 

“Selalu membandingkan dengan orang lain. ‘Ini lihat anak itu luar biasa’. Itu bahaya. Itu akibatkan kecil hati lalu benci pada orang itu,” tutur Syekh Ali Jaber

Share:

Related Post

Leave a Comment

Curi konten denda 10juta!